Sinkroton intan, membaca naskah tertutup

papyrus.gif

Perkamen

Masyarakat mengenal perkamen sejak tahun 500 SM sebagai media untuk menuliskan naskah-naskah penting maupun kitab suci. Namun, teks pada perkamen mudah rusak, sebab tintanya bersifat seperti gelatin. Bila perkamen diletakkan di ruangan bersuhu panas, gelatin mengering sehingga teks yang ada bisa hilang. Jika ditaruh di ruangan bersuhu dingin, gelatin mengenyal, membuat perkamen robek.

Dalam festival sains di Inggris sejumlah peneliti di Inggris memamerkan teknologi membaca perkamen tanpa membuka perkamen. Alat dengan teknik sinkroton intan itu memiliki cahaya 10 juta lebih terang dari cahaya matahari. Radiasinya mampu menembus materi seukuran molekul bahkan seukuran atom.

Dengan teknik sinkroton, para ilmuwan dari Universitas Cardiff mengembangkan teknologi membaca perkamen menggunakan prinsip tomografi sinar-X. Sinar-X yang digunakan sangat kuat guna menyinari perkamen. Hasil tomografi berupa gambar tiga dimensi isi perkamen. Dengan demikian, para ilmuwan dapat melihat jelas kata per kata perkamen. Tidak itu saja, keuntungan lain tomografi sinar-X ialah memperbaiki struktur perkamen yang rusak. Proses tomografi sinar-X menggunakan logaritma komputer yang akan memisahkan gambaran tiga dimensi perkamen awal ke perkamen baru. Akan tetapi, ilmuwan mendapatkan tantangan baru berkenaan dengan ketebalan materi yang ditomografkan. Sepanjangan penelitian, sinkroton intan hanya dioptimalkan pada perkamen yang tipis. Mereka berhasrat melakukan hal yang sama pada arsip yang lebih tebal dari perkamen layaknya buku.

Penelitian tersebut mendapatkan respon positif dari lembaga kearsipan nasional Inggris. Lembaga kearsiapan Inggris mendermakan beberapa perkamen kuno yang berasal dari abab 18. Dengan adanya sinkroton intan, efesiensi kerja kerasipan dapat dicapai dan dokumen-dokumen penting yang kondisinya genting terselamatkan. (Rahmadanil)

Tinggalkan komentar