Judul : Ahmadinejad The Lion from Aradan
Penulis : Sayyid Maulana Khan
Penerbit : Dar! Mizan
Cetakan : Pertama, April 2007
Tebal : 176 hlm
Peresensi : Rahmadanil
ADALAH Iran, negara timur tengah yang terletak di Asia barat daya yang tengah mengembangkan teknologi nuklir. Di bawah pimpinan presiden Ahmadinejad, Iran tetap kekeh mengembangkan teknologi pemusnah massal ini dengan alibi untuk kepentingan Iran bukan perang. Namun, Amerika dkk sewot, takut bila Iran menggunakan teknologi tersebut untuk perang. Dan Amerika berusaha menjinakkan PBB agar menjatuhkan sanksi pada Iran jikalau aktivitas nuklir tersebut tidak dihentikan dengan pertimbangan perdamaian dunia. Iran terus mendulang spekulasi demi spekulasi dari berbagai negara termasuk Indonesia. Anehnya lagi permasalahan Iran berefek samping pada suhu politik dalam negeri Indonesia sendiri.
Kini Iran eksis di kancah politik dan menjadi buah bibir dunia. Negara yang mengalami revolusi di tahun 1979 ini terus mengembangkan sayapnya, tak gentar berada di bawah bayang-bayang Amerika. Terlepas dari semua itu, kemajuan suatu negara pada hakikatnya tak terlepas dari kepiawaian pemimpinnya. Di bawah pimpinan presiden Mahmoud Ahmadinejad, Iran lebih maju.
Pribadi seorang Ahmadinejad tergolong pribadi pemimpin yang langka. Kesederhanaannya, menambah daftar pengalaman ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid ketika berkunjung ke kediamannya. Tokoh revolusioner Iran ini tidak pernah tinggal di rumah dinasnya. Rumah pribadinyalah yang dijadikan sebagai rumah dinas. Rumah yang terletak di gang buntu itu memiliki ruang tamu yang berukuran 6×10 meter. Dengan tata ruang yang sangat sederhana, sofa tanpa meja, AC yang jarang dihidupkan. Sehingga tamu presiden terpaksa meletakkan minumannya di bawah sofa. Sebagai seorang presiden Ahmadinejad tidak malu dengan kesederhanaannya? Malah dengan sopan Ahmadinejad menjawab. “Kenapa harus malu?” Bagi Ahmadinejad keberadan furniture dan design interior yang mewah bukanlah sesuatu yang membuat presiden tersebut dihormati, melainkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin menjadi tolok ukur.
Baca lebih lanjut →
Filed under: Resensi | Leave a comment »